Timur Sinar Suprabana:
buat Yun
:merana kerna mengira diri bahagia
tak lagi ada kekasih
atau ingatan terhadap kekasih
yang kan terentang
menghubungkanku dengan
jalan Pulang.
kerna kenangan
remuk dalam genggam
kerna tiktakjam
tiada pernah mempelahan.
heran
mengapa harus merasa tertikam
sampai mengucur darah busam
hanya oleh tipudaya perasaan?
kauselesaikan kesunyian.
kaulahirkan sepi tanpa badan.
di tengahnya aku berlupa:
engkau berurai airmata
tapi bilang diri bahagia.
begitulah
Tipudaya
menemu kayu pengumpan apinya
menemu sumsum pembakarnya
menahun bernyala
bikin segala jadi Arang semua.
april 2008
Timur Sinar Suprabana:
buat eL
apakah aku sedang jatuh cinta?
tanyaku pada bayangdiri
yang menua di dunia dasar cermin
ialah dunia, satusatunya dunia,
yang masih bebas dari bendabenda
tanpa mesti kehilangan warna.
barangkali aku akan terus
mengulang tanya,
andai tibatiba cuaca tidak menjadi
semacam etalase kebimbangan
dan ketidakpastian
yang sungguh terasa kekal.
sendiri, seperti lidah api
ketika meruncing lentur
tiap dihembus angin, kubiarkan
pertanyaanpertanyaan tentangmu
jadi rahasia bagi hatiku
jadi sajaksajak
yang memilih enggan meninggalkan
jejak
kita
cuma jeda di sela banyak Tanda.
mei 2008
Timur Sinar Suprabana:
buat Rina
:kerna bulan mengapung di Mata
kebahagiaan kerna diamdiam mencintai
bikin Taman di hati
bikin Tumbuh segala sunyi
bikin Kosong makin tak butuh isi
jadi hamparan tanpa cekungan
jadi kehijauan hari berhujan
jadi cakrawala kemudaan
mencintai
mempertemukanku dengan kalbu
dengan rumah rahasia hatiku
yang gang dan nomornya
kutulis dalam warna merahkesumba
dan menyala di tiap malam tiba
berbinar pula di mata
memekarkan hampir segala Bunga
cuma dewa tapi
yang boleh memetiknya
:dengan Hati
april 2008
Timur Sinar Suprabana:
buat Hamidah
:tidurlah, senyumlah
begitu saja
sungguh memang begitu saja
hatiku merengkuhmu ke yang tak terkata
:tanpa pertimbangan
atau apa lagi perhitungan
yang sering melahirkan kebimbangan
“tidurlah,” bisikku. “bukan
kerna malam tak lagi berembulan,
melainkan kerna sebelum tersingkap
telah tingkap
jendela yang menghubungkan kita
dengan dunia mata.”
ketika akhirnya kaupun tidur juga
:badan di ranjang
tapi jiwa melayang
ke Cinta yang tiada terutara
sedih dan biru
tersenyum selalu
padamu
:aku
mei 2008
2 komentar:
YUN di Buat Yun, apakah ia Cicilia Sri Marjuni, Timur? Atau, Yun(mu) yang lain? Sajak yang indah. Sedih aku membacanya. Salam!
kita,
cuma jeda di sela banyak tanda
hmmmmm,
kata" yg membangunkan dari khayal
menyegerakan tuk sadar
siapalah kita
Posting Komentar